SOAL DAN JAWABAN TUGAS
Apa penyebab utama kemiskinan di Indonesia dan kesenjangan ekonomi antar
wilayah di indonesia?
Jawaban:
1)
Tingkat pendidikan yang rendah
2) Produktivitas
tenaga kerja rendah
3) Tingkat
upah yang rendah
4) Distribusi
pendapatan yang tidak seimbang
6) Kualitas
sumber daya manusia masih rendah
7) Penggunaan
teknologi masih kurang
8) Etos
kerja dan motivasi pekerja yang rendah
9) Kultur/budaya
(tradisi)
10) Politik
yang belum stabil
Faktor penyebab kesenjangan ekonomi
:
1) Menurunnya pendapatan per
kapita.
2) Ketidakmerataan pembangunan
antar daerah.
3) Rendahnya mobilitas sosial.
3. Pencemaran Lingkungan
Alam
Apa sajakah yang harus dilakukan oleh pemerintah agar pertumbuhan ekonomi berkualitas
tercapai?
Jawaban:
Pemerintah Indonesia untuk
terus meningkatkan program-program pro-rakyat dan perlindungan sosial agar
dapar kelas menengah kebawah dapat menjadi lebih mandiri dan dapat keluar dari
jebakan kemiskinan (poverty trap).
Penciptaan atau penyerapan
tenaga kerja baru. Namun pertumbuhan ekonomi
yang berkualitas adalah pertumbuhan yang didorong oleh aktivitas ekonomi atau suatu perusahaan untuk memproduksi barang dan membuka pabrik baru atau kantor cabang baru. Sehingga
Pembentukan Modal Tetap yang sebaiknya lebih besar menopang pertumbuhan ekonomi untuk mendorong aktivitas kegiatan ekonomi yang lebih produktif serta didorong oleh pertumbuhan sektor-sektor tradable.
Apa peran utama APBN dalam perekonomian Indonesia dan dari mana saja sumber- sumber pembiayaannya?
Jawaban:
Peran utama
dalam perekonomian Indonesia
Peran utama APBN
adalah untuk menjaga perekonomian nasional bisa terus bergerak dengan laju
pertumbuhan bukan hanya berkelanjutan tetapi juga dengan laju akselerasi yang
meningkat di satu sisi dan untuk menjaga stabilitas ekonomi di sisi lain.
Sumber-sumber
pembiayaannya
pajak, retribusi,
royalti, bagian laba BUMN, dan berbagai pendapatan non pajak lainnya
Langkah
apa yang diambil oleh pemerintah lewat APBN apabila perekonomian Indonesia mengalami
suatu krisis seperti krisis keuangan ASIA 1997/1998 atau krisis ekonomi global
2008-2009?
Jawaban:
- Mengurangi secara bertahap pembiayaan pembangunan dengan menggunakan utang luar negeri, yang merupakan selisih antara pencairan pinjaman baru dan pembayaran pokok utang pinjaman luar negeri termasuk pelaksanaan proeses seleksi, pemanfaatan dan pengawasannya
- Membenahi mekanisme dan prosedur pelaksanaan pinjaman luar negeri, termasuk perencanaan, proses seleksi, pemanfaatan dan pengawasannya.
- Memanfaatkan pinjaman secara optimal sesuai dengan prioritas pembangunan dan dilaksanakan secara trasnparan, efektif dan efisien
- Mengkaji secara menyeluruh kemampuan setiap proyek dan mempertajam prioritas pengeluaran anggaran dengan memperkuat pengawasan yang sistemik, utamanya bagi proyek-proyek yang diabiayai dari utang luar negeri
- Meningkatkan kemampuan diplomasi dan negosiasi peinjaman luar negeri untuk memperoleh jangka waktu dan pola persyaratan yang memudahkan proses pencairan dan memperingan beban pembayaran.
- Melakukan restrukturisasi utang luar negei, termasuk permohonan pemotongan unan dan penjadwalan kembali utang luar negeri dengan para donor secara trasnparan dan dikonsultasikan dengan DPR
Apakah
peran kebijakan moneter didalam perekonomian Indonesia dana apa bedanya dengan
kebijakan fiscal?
Jawaban:
1) Mempertahankan
iklim investasiDengan tingkat inflasi yang rendah, maka iklim investasi akan tetap hidup. Jika
inflasi rendah, suku bunga bank juga cenderung rendah. Rendahnya suku bunga
bank akan mendorong orang untuk melakukan investasi atau usaha baru
2) Memperluas
kesempatan kerja
Kebijakan moneter dapat menciptakan iklim kondusif bagi berlangsungnya berbagai
kegiatan ekonomi. Setiap kegiatan ekonomi membutuhkan tenaga kerja. Adanya
kegiatan ekonomi berarti pula memperluas kesempatan kerja.
3) Menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang tinggiKeadaan ekonomi yang kondusif memungkinkan terjadinya pertumbuhan ekonomi.
Adanya kestabilan nilai kurs mata uang serta kestabilan harga barang dan jasa
sangat dibutuhkan para investor atau pengusaha dalam menjalankan kegiatan
ekonomi. Kegiatan ekonomi yang berjalan baik menciptakan pertumbuhan ekonomi
yang tinggi.
4) Memperbaiki
kondisi neraca pembayaran
Neraca pembayaran nasional dikatakan baik jika mengalami surplus atau nilai
ekspor melebih nilai impor. Untuk mencapai kondisi tersebut, kebijakan moneter
yang terkait dengan mata uang atau nilai kurs sangat diperlukan. Kebijakan
moneter dapat mempertahankan stabilitas kurs maupun menurunkan ke tingkat yang
diinginkan. Dengan suatu tingkat kurs tertentu, diharapkan barang-barang
produksi dalam negeri akan bisa lebih murah dibanding produk dari negara lain.
Kondisi ini meningkatkan daya saing produk dalam negeri sehingga pada akhirnya
akan memperbesar volume ekspor (menciptakan neraca pembayaran yang surplus).
5) Menjaga
kestabilan nilai kurs mata uang
Untuk menjaga agar nilai kurs mata uang stabil sesuai yang diharapkan, maka
Bank Indonesia melakukan kebijakan moneter berupa operasi pasar terbuka. Dalam
keadaan apabila nilai kurs mata uang rupiah merosot tajam dibanding dollar
Amerika Serikat, maka Bank Indonesia melakukan intervensi pasar dengan menjual
dollar.
6) Menjaga
kestabilan harga barang dan jasa
Masyarakat membutuhkan keadaan dimana harga barang dan jasa tetap stabil
sehingga dapat menjalankan usahanya. Untuk menciptakan keadaan seperti itu,
maka Bank Indonesia dapat melakukan kebijakan moneter berupa menaikkan atau
menurunkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Tujuan kebijakan ini
adalah untuk menurunkan atau menaikkan jumlah uang yang beredar (JUB). Apabila
harga barang dan jasa naik terus-menerus (tidak stabil) maka Bank Indonesia
menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia agar jumlah uang yang beredar
berkurang sehingga laju kenaikan harga barang dan jasa dapat dikurangi.
7) Menurunkan
laju inflasi.
Apabila terjadi inflasi yang tinggi, Bank Indonesia dapat melakukan kebijakan
moneter untuk menurunkan jumlah uang yang beredar (JUB). Untuk menurunkan
jumlah uang yang beredar, kebijakan moneter yang diambil dapat berupa menaikkan
atau menurunkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau pun dengan
kebijakan moneter lainnya yaitu reserve requirements. Untuk menurunkan
laju inflasi berarti jumlah uang yang beredar harus dikurangi. Untuk itu,
dengan kebijakan reserve requirements, Bank Indonesia menetapkan kenaikan
cadangan minimum dari bank-bank umum.
Perbedaan Kebijakan:
Kebijakan
moneter adalah kebijakan ekonomi yang digunakan Bank Indonesia sebagai otoritas
moneter, untuk mengendalikan atau mengarahkan perekonomian pada kondisi yang
lebih baik atau diinginkan dengan mengatur jumlah uang yang beredar (JUB) dan
tingkat suku bunga. Kebijakan moneter tujuan utamanya adalah mengendalikan
jumlah uang yang beredar (JUB).
Kebijakan
moneter mempunyai tujuan yang sama dengan kebijakan ekonomi pemerintah lainnya.
Perbedaannya terletak pada instrumen kebijakannya. Jika dalam kebijakan fiskal
pemerintah mengendalikan penerimaan dan pengeluaran pemerintah maka dalam
kebijakan moneter Bank Sentral (Bank Indonesia) mengendalikan jumlah uang yang
bersedar (JUB).
Melalui
kebijakan moneter, Bank Sentarl dapat mempertahankan, menambah, atau mengurangi
JUB untuk memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus mempertahankan kestabilan
harga-harga. Berbeda dengan kebijakan fiskal, kebijakan moneter memiliki
selisih waktu (time lag) yang relatif lebih singkat dalam hal pelaksanaannya.
Hal ini terjadi karena Bank Sentral tidak memerlukan izin dari DPR dan kabinet
untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan untuk mengatasi masalah yang sedang
dihadapi dalam perekonomian.
Kebijakan
moneter memiliki tiga instrumen, yaitu operasi pasar terbuka (open market
operation), kebijakan tingkat suku bunga (discount rate policy) dan rasio
cadangan wajib (reserve requirement ratio).
Apakah
dampak dari ketidakstabilan nilai tukar rupiah terhadap perekonomian Indonesia?
Ketidakstabilan nilai tukar ini mempengaruhi arus modal
atau investasi dan pedagangan Internasional. Indonesia sebagai Negara yang
banyak mengimpor bahan baku industry mengalami dampak dari ketidakstabilan kurs
ini, yang dapat dilihat dari melonjaknya biaya produksi sehingga menyebabkan
harga barang-barang milik Indonesia mengalami peningkatan. Dengan melemahnya
rupiah menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis
ekonomi dan kepercayaan terhadap mata uang dalam negeri menurun.
Mengapa
UMKM dianggap sangat penting peranannya didalam perekonomian Indonesia?
Usaha Kecil, dan
Menengah (UKM) memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Karena
dengan UKM ini, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam
dunia kerja menjadi berkurang.
Sektor UKM telah dipromosikan dan dijadikan sebagai agenda utama pembangunan
ekonomi Indonesia. Sektor UKM telah terbukti tangguh, ketika terjadi Krisis
Ekonomi 1998, hanya sektor UKM yang bertahan dari kolapsnya ekonomi, sementara
sektor yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.
Perlukah
BUMN dipertahankan? Jelaskan untung ruginya bagi pertumbuhan ekonomi,
kesempatan kerja, dan kemiskinan di tanah air!
Apakah
globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia akan memberikan keuntungan bagi
Indonesia?
Ada beberapa keuntungan liberalisasi perdagangan internasional bagi negara-negara berkembang
berdasarkan teori pertumbuhan endogen, antara lain :
- Liberalisasi perdagangan akan memungkinkan negara berkembang menyerap teknologinegara maju dalam kecepatan yang lebih tinggi , dengan kata lain dalam kondisi sepertiitu alih teknologi akan berlangsung lenih lancar.
- Melalui hubungan dagang yang lebih terbuka, manfaat riset dan pengembangan yang biasanya hanya dilakukan di negara maju (karena biayanya mahal) akan mengalir lancar ke negara berkembang.
- Volume perdagangan yang lebih tinggi akan memacu skala ekonomis dalam produksisehingga meningkatkan margin laba bagi para pengusaha di negara berkembang sertamenciptakan insentif tambahan dalam melakukan investasi.
- Penghapusan hambatan perdagangan akan mengurangi distorsi harga yang menjurus pada pendayagunaan segenap faktor produksi secara lebih efisien di semua sektor ekonomi di negara yang bersangkutan.
- Hal itu juga akan merangsang spesialisasi lebih lanjut dan akan memacutereselenggaranya kegiatan-kegiatan produksi yang lebih efisien khususnya dalam sektor produksi antara yang menjadi input bagi sektor lain.
Ada beberapa keuntungan globalisasi perdagangan internasional bagi negara-negara berkembang
berdasarkan teori pertumbuhan endogen, antara lain :
- Semakin terbukanya pasar untuk produk-produk ekspor, dengan catatan produk ekspor Indonesia mampu bersaing di pasar internasional. Hal ini membuka kesempatan bagi pengusaha di Indonesia untuk melahirkan produk-produk berkualitas, kreatif, dan dibutuhkan oleh pasar dunia.
- Semakin mudah mengakses modal investasi dari luar negeri. Apabila investasinya bersifat langsung, misalnya dengan pendirian pabrik di Indonesia maka akan membuka lapangan kerja. Hal ini bisa mengatasi kelangkaan modal di Indonesia.
- Semakin mudah memperoleh barang-barang yang dibutuhkan masyarakat dan belum bisa diproduksi di Indonesia.
- Semakin meningkatnya kegiatan pariwisata, sehingga membuka lapangan kerja di bidang pariwisata sekaligus menjadi ajang promosi produk Indonesia.
Jawaban:
A. Peluang
Perubahan
sistem perdagangan internasional menuju liberalisasi, seperti ASEAN menuju AFTA
dan nanti menjadi MEA 2015, memunculkan banyak peluang diantaranya yaitu:
1) Manfaat
integrasi ekonomi
Kesediaan
Indonesia bersama-sama dengan 9 (sembilan) Negara ASEAN lainnya membentuk
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)pada tahun 2015 tentu saja didasarkan pada
keyakinan atas manfaatnya yang secara konseptual akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia dan kawasan ASEAN. Integrasi ekonomi dalam mewujudkan MEA 2015
melalui pembukaan dan pembentukan pasar yang lebih besar, dorongan peningkatan
efisiensi dan daya saing, serta pembukaan peluang penyerapan tenaga kerja di
kawasan ASEAN, akan meningkatkan kesejahteraan seluruh negara di kawasan.
2) Pasar
potensial dunia
Pewujudan MEA
di tahun 2015 akan menempatkan ASEAN sebagai kawasan pasar terbesar ke-3 di
dunia yang didukung oleh jumlah penduduk ke-3 terbesar (8% dari total penduduk
dunia) di dunia setelah China dan India. Pada tahun 2008, jumlah penduduk ASEAN
sudah mencapai 584 juta orang (ASEAN Economic Community Chartbook, 2009),
dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan usia mayoritas
berada pada usia produktif. Pertumbuhan ekonomi individu Negara ASEAN juga
meningkat dengan stabilitas makroekonomi ASEAN yang cukup terjaga dengan
inflasi sektitar 3,5 persen. Jumlah penduduk Indonesia yang terbesar di
kawasan (40% dari total penduduk ASEAN) tentu saja merupakan potensi yang
sangat besar bagi Indonesia menjadi negara ekonomi yang produktif dan dinamis
yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan.
3) Negara
pengekspor
Negara-negara
di kawasan ASEAN juga dikenal sebagai negara-negara pengekspor baik produk
berbasis sumber daya alam (seperti agro-based products) maupun berbagai produk
elektronik. Dengan meningkatnya harga komoditas internasional, sebagian besar
Negara ASEAN mencatat surplus pada neraca transaksi berjalan. Prospek
perekonomian yang cukup baik juga menyebabkan ASEAN menjadi tempat tujuan
investasi (penanaman modal).
Sepuluh (10)
komoditi ekspor ASEAN ke dunia pada tahun 2008 (berdasarkan HS-4 digit) yang
dilaporkan dalam ASEAN Economic Community Chartbook (2009) adalah (1)
electronic integrated circuits & microassemblies (9%); (2) oil (not crude)
from petrol & bituminous minerals etc. (7%); (3) automatic data processing
machines, magnetic or optical readers, etc. (5%); (4) crude oil from petroleum
and bituminous minerals (4%); (5) petroleum gases & other gaseous
hydrocarbons propane, butane, ethylene (4%); (6) parts and accessories for
office macjines & typewriters (3%); (7) palm oil & its fractions, not
chemically modified (3%); (8) natural rubber in primary form or plates balata,
gutta – percha, guayule, chicle (2%); (9) semiconductor devices; light –
emiting diodes; mountedpiezoelectric crystals; parts thereof diodes, etc. (1%);
dan (10) electric apparatus for line telephony or telegraphy telephone sets,
teleprinters, modems, facs machine (1%).
Pada umumnya,
konsentrasi perdagangan ASEAN masih dengan dunia meskipun cenderung menurun dan
beralih ke intra-ASEAN. Data perdagangan ASEAN menunjukkan bahwa share
perdagangan ke luar ASEAN semakin menurun, dari 80,8% pada tahun 1993 turun
menjadi 73,2% pada tahun 2008, sedangkan share perdagangan di intra-ASEAN
meningkat dari 19,2% pada tahun 1993 menjadi 26,8% pada tahun 2008. Hal yang
sama juga terjadi dengan Indonesia dalam 5 tahun terakhir, namun perubahannya
tidak signifikan. Nilai ekspor Indonesia ke intra-ASEAN hanya 18-19% sedangkan
ke luar ASEAN berkisar 80-82% dari total ekspornya. Hal ini menunjukkan bahwa
peluang untuk meningkatkan ekspor ke intra-ASEAN masih harus ditingkatkan agar
laju peningkatan ekspor ke intra-ASEAN berimbang dengan laju peningkatan impor
dari intra-ASEAN.
Indonesia
sudah mencatat 10 (sepuluh) komoditi unggulan ekspornya baik ke dunia maupun ke
intra-ASEAN selama 5 tahun terkhir ini (2004 – 2008) dan 10 (sepuluh) komoditi
ekspor yang potensial untuk semakin ditingkatkan. Komoditi unggulan ekspor ke
dunia adalah minyak kelapa sawit, tekstil & produk tekstil, elektronik,
produk hasil hutan, karet & produk karet, otomotif, alas kaki, kakao,
udang, dan kopi, sedangkan komoditi ekspor ke intra-ASEAN adalah minyak
petroleum mentah, timah, minyak kelapa sawit, refined copper, batubara, karet,
biji kakao, dan emas. Disamping itu, Indonesia mempunyai komoditi lainnya yang
punya peluang untuk ditingkatkan nilai ekspornya ke dunia adalah peralatan
kantor, rempah-rempah, perhiasan, kerajinan, ikan & produk perikanan,
minyak atsiri, makanan olahan, tanaman obat, peralatan medis, serta kulit &
produk kulit. Tentu saja, Indonesia harus cermat mengidentifikasi tujuan pasar
sesuai dengan segmen pasar dan spesifikasi dan kualitas produk yang dihasilkan.
4) Negara
tujuan investor
Uraian
tersebut di atas merupakan fakta yang menunjukkan bahwa ASEAN merupakan pasar
dan memiliki basis produksi. Fakta-fakta tersebut merupakan faktor yang
mendorong meningkatnya investasi di dalam dalam negeri masing-masing anggota
dan intra-ASEAN serta masuknya investasi asing ke kawasan. Sebagai Negara
dengan jumlah penduduk terbesar (40%) diantara Negara Anggota ASEAN, Indonesia
diharapkan akan mampu menarik investor ke dalam negeri dan mendapat peluang
ekonomi yang lebih besar dari Negara Anggota ASEAN lainnya.
Dari segi
peningkatan investasi, berbagai negara ASEAN mengalami penurunan rasio
investasi terhadap PDB sejak krisis, antara lain akibat berkembangnya regional
hub-production. Tapi bagi Indonesia, salah satu faktor penyebab penting
penurunan rasio investasi ini adalah belum membaiknya iklim investasi dan
keterbatasan infrastuktur. Dalam rangka MEA 2015, berbagai kerjasama regional
untuk meningkatkan infrastuktur (pipa gas, teknologi informasi) maupun dari
sisi pembiayaan menjadi agenda. Kesempatan tersebut membuka peluang bagi
perbaikan iklim investasi Indonesia melalui pemanfaatan program kerja sama
regional, terutama dalam melancarkan program perbaikan infrasruktur domestik.
Sedangkan, kepentingan untuk harmonisasi dengan regional menjadi prakondisi
untuk menyesuaikan peraturan invetasi sesuai standar kawasan.
5) Daya
saing
Liberalisasi
perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran arus barang untuk pasokan
bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN karena hambatan tarif dan
non-tarif yang berarti sudah tidak ada lagi. Kondisi pasar yang sudah bebas di
kawasan dengan sendirinya akan mendorong pihak produsen dan pelaku usaha
lainnya untuk meproduksi dan mendistribusikan barang yang berkualitas secara
efisien sehingga mampu bersaing dengan produk-produk dari negara lain. Di sisi
lain, para konsumen juga mempunyai alternatif pilihan yang beragam yang dapat
dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, dari yang paling murah sampai
yang paling mahal. Indonesia sebagai salah satu Negara besar yang juga memiliki
tingkat integrasi tinggi di sektor elektronik dan keunggulan komparatif pada
sektor berbasis sumber daya alam, berpeluang besar untuk mengembangkan industri
di sektor-sektor tersebut di dalam negeri.
6) Sektor
jasa yang terbuka
Di bidang
jasa, ASEAN juga memiliki kondisi yang memungkinkan agar pengembangan sektor
jasa dapat dibuka seluas-luasnya. Sektor-sektor jasa prioritas yang telah
ditetapkan yaitu pariwisata, kesehatan, penerbangan dan e-ASEAN dan kemudian
akan disusul dengan logistik. Namun, perkembangan jasa prioritas di ASEAN belum
merata, hanya beberapa negara ASEAN yang mempunyai perkembangan jasa yang sudah
berkembang seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Kemajuan ketiga negara
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai penggerak dan acuan untuk perkembangan
liberalisasi jasa di ASEAN. Lebih lanjut, untuk liberalisasi aliran modal dapat
berpengaruh pada peningkatan sumber dana sehingga memberikan manfaat yang
positif baik pada pengembangan system keuangan, alokasi sumber daya yang
efisien, serta peningkatan kinerja perekonomian secara keseluruhan. Dari sisi
jumlah tenaga kerja, Indonesia yang mempunyai penduduk yang sangat besar dapat
menyediakan tenaga kerja yang cukup dan pasar yang besar, sehingga menjadi
pusat industri. Selain itu, Indonesia dapat menjadikan ASEAN sebagai tujuan
pekerjaan guna mengisi investasi yang akan dilakukan dalam rangka MEA 2015.
Standardisasi yang dilakukan melalui Mutual Recognition Arrangements (MRAs)
dapat memfasilitasi pergerakan tenaga kerja tersebut.
7) Aliran
modal
Dari sisi penarikan aliran modal asing, ASEAN sebagai kawasan dikenal sebagai tujuan penanaman modal global, termasuk CLMV khususnya Vietnam. MEA membuka peluang bagi Indonesia untuk dapat memanfaatkan aliran modal masuk ke kawasan yang kemudian ditempatkan di aset berdenominasi rupiah. Aliran modal tersebut tidak saja berupa porsi dari portfolio regional tetapi juga dalam bentuk aliran modal langsung (PMA). Sedangkan dari sisi peningkatan kapasitas dan kualitas lembaga, peraturan terkait, maupun sumber daya manusia, berbagai program kerja sama regional yang dilakukan tidak terlepas dari keharusan melakukan harmonisasi, standarisasi, maupun mengikuti MRA yang telah disetujui bersama. Artinya akan terjadi proses perbaikan kapasitas di berbagai institusi, sektor maupun peraturan terkait. Sebagai contoh adalah penerapan ASEAN Single Window yang seharusnya dilakukan pada tahun 2008 (hingga saat ini masih dalam proses) untuk ASEAN-6 mengharuskan penerapan sistem National Single Window (NSW) di masing-masing negara.
Dari sisi penarikan aliran modal asing, ASEAN sebagai kawasan dikenal sebagai tujuan penanaman modal global, termasuk CLMV khususnya Vietnam. MEA membuka peluang bagi Indonesia untuk dapat memanfaatkan aliran modal masuk ke kawasan yang kemudian ditempatkan di aset berdenominasi rupiah. Aliran modal tersebut tidak saja berupa porsi dari portfolio regional tetapi juga dalam bentuk aliran modal langsung (PMA). Sedangkan dari sisi peningkatan kapasitas dan kualitas lembaga, peraturan terkait, maupun sumber daya manusia, berbagai program kerja sama regional yang dilakukan tidak terlepas dari keharusan melakukan harmonisasi, standarisasi, maupun mengikuti MRA yang telah disetujui bersama. Artinya akan terjadi proses perbaikan kapasitas di berbagai institusi, sektor maupun peraturan terkait. Sebagai contoh adalah penerapan ASEAN Single Window yang seharusnya dilakukan pada tahun 2008 (hingga saat ini masih dalam proses) untuk ASEAN-6 mengharuskan penerapan sistem National Single Window (NSW) di masing-masing negara.
B. Tantangan
Pemikiran akan
pentingnya menjalin kerjasama yang lebih erat lagi dalam proses integrasi
merupakan salah satu upaya merespon tantangan di era globalisasi. Karena dengan
kerjasama yang solid dan intens dibidang ekonomi maka ASEAN akan mampu memegang
kendali kawasan, bukan menjadi marjinal di kawasannya sendiri dan Asia pada
umumnya. Dengan hal ini sepertinya tantangan justru datang menghampiri
Indonesia, berikut ini berbagai tantangan yang mungkin akan dihadapi Indonesia
dalam mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN:
1) Laju
peningkatan ekpor dan impor
Tantangan yang
dihadapi oleh Indonesia memasuki integrasi ekonomi ASEAN tidak hanya yang
bersifat internal di dalam negeri tetapi terlebih lagi persaingan dengan negara
sesama ASEAN dan negara lain di luar ASEAN seperti China dan India. Kinerja
ekspor selama periode 2004 – 2008 yang berada di urutan ke-4 setelah Singapura,
Malaysia, dan Thailand, dan importer tertinggi ke-3 setelah Singapura dan
Malaysia, merupakan tantangan yang sangat serius ke depan karena telah
mengakibatkan neraca perdagangan Indonesia yang defisit terhadap beberapa
Negara ASEAN tersebut.
Ancaman yang
diperkirakan lebih serius lagi adalah perdagangan bebas ASEAN dengan China.
Hingga tahun 2007, nilai perdagangan Indonesia dengan China masih mengalami
surplus, akan tetapi pada tahun 2008, Indonesia mengalami defisit sebesar + US$
3600 juta. Apabila kondisi daya saing Indonesia tidak segera diperbaiki, nilai
defisit perdagangan dengan China akan semakin meningkat. Akhir-akhir ini para
pelaku usaha khususnya yang bergerak di sektor industri petrokimia hulu, baja,
tekstil dan produk tekstil, alas kaki serta elektronik, menyampaikan
kekhawatirannya dengan masuknya produk-produk sejenis dari China dengan harga
yang relative lebih murah dari produksi dalam negeri (Media Indonesia, 26
Nopember 2009).
2) Laju
inflasi
Tantangan
lainnya adalah laju inflasi Indonesia yang masih tergolong tinggi bila
dibandingkan dengan Negara lain di kawasan ASEAN. Stabilitas makro masih
menjadi kendala peningkatan daya saing Indonesia dan tingkat kemakmuran
Indonesia juga masih lebih rendah dibandingkan negara lain. Populasi Indonesia
yang terbesar di ASEAN membawa konsekuensi tersendiri bagi pemerataan
pendapatan, 3 (tiga) Negara ASEAN yang lebih baik dalam menarik PMA mempunyai
pendapatan per kapita yang lebih tinggi dari Indonesia.
3) Dampak
negatif arus modal yang lebih bebas
Arus modal
yang lebih bebas untuk mendukung transaksi keuangan yang lebih efisien,
merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan, memfasilitasi perdagangan
internasional, mendukung pengembangan sektor keuangan dan akhirnya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun demikian, proses liberalisasi arus
modal dapat menimbulkan ketidakstabilan melalui dampak langsungnya pada kemungkinan
pembalikan arus modal yang tiba-tiba maupun dampak tidak langsungnya pada
peningkatan permintaaan domestik yang akhirnya berujung pada tekanan inflasi.
Selain itu, aliran modal yang lebih bebas di kawasan dapat mengakibatkan
terjadinya konsetrasi aliran modal ke Negara tertentu yang dianggap memberikan
potensi keuntungan lebih menarik. Hal ini kemudian dapat menimbulkan risiko
tersendiri bagi stabilitas makro ekonomi.
4) Kesamaan
produk
Hal lain yang
perlu dicermati adalah kesamaan keunggulan komparatif kawasan ASEAN, khususnya
di sektor pertanian, perikanan, produk karet, produk berbasis kayu, dan
elektronik. Kesamaan jenis produk ekspor unggulan ini merupakan salah satu
penyebab pangsa perdagangan intra-ASEAN yang hanya berkisar 20-25 persen dari
total perdagangan ASEAN. Indonesia perlu melakukan strategi peningkatan nilai
tambah bagi produk eskpornya sehingga mempunyai karakteristik tersendiri dengan
produk dari Negara-negara ASEAN lainnya
5) Daya
saing sektor prioritas integrasi
Tantangan lain
yang juga dihadapi oleh Indonesia adalah peningkatan keunggulan komparatif di
sektor prioritas integrasi. Saat ini Indonesia memiliki keunggulan di
sektor/komoditi seperti produk berbasis kayu, pertanian, minyak sawit,
perikanan, produk karet dan elektronik, sedangkan untuk tekstil, elektronik,
mineral (tembaga, batu bara, nikel), mesin-mesin, produk kimia, karet dan
kertas masih dengan tingkat keunggulan yang terbatas.
6) Daya
saing SDM
Kemapuan
bersaing SDM tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan baik secara formal
maupun informal. Kemampuan tersebut diharapkan harus minimal memenuhi ketentuan
dalam MRA yang telah disetujui. Pada tahun 2008-2009, Mode 3 pendirian
perusahaan (commercial presence) dan Mode 4 berupa mobilitas tenaga kerja (movement
of natural persons) intra ASEAN akan diberlakukan untuk sektor prioritas
integrasi. Untuk itu, Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas tenaga
kerjanya sehingga bisa digunakan baik di dalam negeri maupun intra-ASEAN, untuk
mencegah banjirnya tenaga kerja terampil dari luar. Pekerjaan ini tidaklah
mudah karena memerlukan adanya cetak birum sistem pendidikan secara menyeluruh,
dan sertifikasi berbagai profesi terkait.
7) Tingkat
perkembangan ekonomi
Tingkat
perkembangan ekonomi Negara-negara Anggota ASEAN hingga saat ini masih beragam.
Secara sederhana, penyebutan ASEAN-6 dan ASEAN-4 dimaksudkan selain untuk
membedakan tahun bergabungnya dengan ASEAN, juga menunjukkan perbedaan tingkat
ekonomi. Apabila diteliti lebih spesifik lagi, tingkat kemajuan berikut ini
juga terdapat diantara Negara Anggota ASEAN: (i) kelompok negara maju
(Singapura), (ii) kelompok negara dinamis (Thailand dan Malaysia), (iii)
kelompok negara pendapatan menengah (Indonesia, Filipina, dan Brunei), dan (iv)
kelompok negara belum maju (CLMV). Tingkat kesenjangan yang tinggi tersebut
merupakan salah satu masalah di kawasan yang cukup mendesak untuk dipecahkan
agar tidak menghambat percepatan kawasan menuju MEA 2015. Oleh karenanya, ASEAN
dalam menentukan jadwal komitmen liberalisasi mempertimbangkan perbedaan
tingkat ekonomi tersebut. Dalam rangka membangun ekonomi yang merata di kawasan
(region of equitable economic development), ASEAN harus bekerja keras di dalam
negeri masing-masing dan bekerja sama dengan sesama ASEAN
8) Kepentingan
nasional
Disadari bahwa
dalam rangka integrasi ekonomi, kepentingan nasional merupakan yang utama yang
harus diamankan oleh Negara Anggota ASEAN. Kepentingan kawasan, apabila tidak
sejalan dengan kepentingan nasional, merupakan prioritas kedua. Hal ini
berdampak pada sulitnya mencapai dan melaksanakan komitmen liberalisasi MEA
Blueprint. Dapat dikatakan, kelemahan visi dan mandat secara politik serta
masalah kepemimpinan di kawasan akan menghambat integrasi kawasan. Selama ini
ASEAN selalu menggunakan pendekatan voluntary approach dalam berbagai inisiatif
kerja sama yang terbentuk di ASEAN sehingga group pressure diantara sesama
Negara Anggota lemah. Tentu saja hal ini berkonsekuensi pada pewujudan
integrasi ekonomi kawasan akan dicapai dalam waktu yang lebih lama.
9) Kedaulatan
negara
Integrasi
ekonomi ASEAN membatasi kewenangan suatu negara untuk menggunakan kebijakan
fiskal, keuangan dan moneter untuk mendorong kinerja ekonomi dalam negeri.
Hilangnya kedaulatan negara merupakan biaya atau pengorbanan terbesar yang
”diberikan’ oleh masing-masing Negara Anggota ASEAN. Untuk mencapai MEA 2015
dengan sukses, diperlukan kesadaran politik yang tinggi dari suatu negara untuk
memutuskan ”melepaskan” sebagian kedaulatan negaranya. Kerugian besar lainnya
adalah seperti kemungkinan hilangnya peluang kerja di suatu negara serta
kemungkinan menjadi pasar bagi Negara ASEAN lainnya yang lebih mampu bersaing.
Tantangan
lainnya yang akan dihadapi oleh Indonesia adalah bagaimana mengoptimalkan
peluang tersebut. Bila Indonesia tidak melakukan persiapan yang berarti maka
Indonesia akan menjadi Negara tujuan pemasaran bagi ASEAN lainnya. Rendahnya
peringkat Indonesia dalam pelaksanaan usaha di tahun 2010 (Doing Business 2010,
International Finance Corporation, World Bank) yaitu 122 dari 185 Negara,
sementara peringkat Negara ASEAN lainnya seperti Thailand (12), Malysia (23),
Vietnam (93), dan Brunei D (96) yang berada jauh di atas Indonesia, merupakan
potensi kehilangan bagi Indonesia karena investor akan lebih memilih
negara-negara tersebut sebagai tujuan investasinya.
C. Ancaman
Sumber daya
manusia Indonesia sedang terancam dari berbagai sisi, antara lain integrasi
mobilitas tenaga kerja kawasan ASEAN melalui kesepakatan diberlakukannya
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), teknologi yang semakin berkembang dan
perdagangan bebas yang menyebabkan membanjirnya produk luar di Indonesia.
Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN diluar Indochina, kualitas tenaga kerja
Indonesia adalah yang paling rendah. Survei yang dilakukan oleh APO (Asian
Productivity Organization) pada tahun 2004 menunjukkan, dari setiap 1.000
tenaga kerja Indonesia hanya ada sekitar 4,3 persen yang terampil dibandingkan
dengan Filipina 8,3 persen, Malaysia 32,6 persen dan Singapura 34,7 persen.
Rendahnya
kualitas tenaga kerja Indonesia disebabkan karena sistem diklat yang masih
berorientasi pada pendekatan “supply driven". Program diklat yang
dikembangkan oleh lembaga diklat pemerintah dan swasta belum mengacu kepada
kebutuhan pasar kerja. Akibatnya terjadi kesenjangan yang semakin lebar antara
kualitas tenaga kerja yang dihasilkan oleh lembaga diklat dengan kualitas yang
dibutuhkan oleh dunia usaha/industri. Kesenjangan ini telah menyebabkan
meningkatnya jumlah pengangguran terbuka khususnya pengangguran terdidik usia
muda. Tanpa adanya upaya terobosan dari para pemangku kepentingan khususnya
pemerintah, pada era MEA yang mulai efektif tahun 2015 nanti, tenaga kerja
Indonesia akan kalah bersaing dan semakin terpinggirkan.
Selain masalah
itu, dengan adanya pasar tunggal ASEAN ini juga mengancam eksistensi usaha
sekaligus SDM lokal. Selama ini Indonesia lebih banyak berperan sebagai pasar
empuk bagi produk-produk luar. Berbagai produk negara lain membanjiri Indonesia
mulai dari makanan, fashion, otomotif dan elektronik. Produk-produk itu sangat
kompetitif baik dari segi kualitas maupun harga, sehingga produk dalam negeri
menjadi kurang berkembang akibat kalah bersaing. Apakah salah jika konsumen
dalam negeri lebih memilih barang dari luar negeri tentu saja jawabannya adalah
tidak meskipun dengung nasionalisme salah satunya adalah menggunakan
produk-produk Indonesia. Konsumen tak akan mempertimbangkan itu, namun kualitas
dan harga yang sesuai kriteria, dan sepertinya produsen luar yang di dukung
kebijakan negaranya yang malah lebih paham soal pemenuhan selera pasar itu.
Selain mengancam pengusaha, membanjirnya produk luar dengan pasar yang tinggi
di Indonesia juga mengancam kelangsungan tenaga kerja. Jika pengusaha tidak
mampu mempertahankan usahanya karena collapse, tentu saja tenaga kerjanya akan
terkena imbas PHK.
Sejauh ini
mayoritas pemerintah daerah tidak mengetahui mengenai rencana diberlakukannya
Masyarakat Ekonomi Asean sehingga banyak pengusaha di daerah lebih kesulitan
mempersiapkan diri. Di sisi lain, para pengusaha asal Malaysia, Vietnam, dan
Thailand saat ini aktif memperkenalkan produknya kepada pasar Indonesia.
Contohnya yaitu produk makanan dan minuman dari Malaysia yang mulai membanjiri
pasar Indonesia. Minuman cokelat asal Malaysia lebih gampang ditemukan daripada
minuman coklat buatan Indonesia. Makanan dan minuman dari negeri jiran itu
memang membanjiri toko kelontong, minimarket, dan pasar di wilayah perbatasan
Indonesia-Malaysia. Malaysia belakangan ini menjadi eksportir utama produk
makanan dan minuman ke Indonesia.
Hampir
seperlima dari seluruh makanan dan minuman impor berasal dari Malaysia.
Lonjakan impor makanan dan minuman ini sangat mengkhawatirkan. Kenaikan impor
dari Januari 2010 ke Januari 2011 mencapai 83%. Produk makanan-minuman Malaysia
itu membanjiri pasar Indonesia sejak berlakunya kesepakatan ASEAN Trade in
Goods Agreement (ATIGA).
0 Response to "PEREKONOMIAN INDONESIA"
Post a Comment