Memberi Pinjaman Bukan Berarti Dia Kaya

PINJEM DUITNYA NANTI SORE KU KEMBALIKAN !!

"Gung, pinjem duit 400 ada gak? 
Ntar sore langsung aku kembalikan." Heri orang yang biasanya hidup serba cukup namun entah mengapa pagi-pagi buta datang kerumah Agung untuk berhutang.

"Bentar ya Her, aku tanya istri dulu, keuangan di pegang istri soalnya." Agung pun masuk ke dapur menemui istrinya yang sedang memasak sarapan untuk suami dan anak balitanya.

"Mah, Heri pinjem uang 400 ada gak?"

"Ada si Pah, tapi kalo dipinjem 400 sisa cuma seratus, mama cuma pegang lima ratus Pah,"
"Katanya nanti sore dibalikin, Mah!"
"Ya udah ambil aja Pah di dompet mama, mungkin Heri lagi butuh banget sampai pinjem uang pagi-pagi begini."

Agung memberikan uang sebesar 400 ribu kepada Heri. Namun, janji Heri yang mengembalikan uang di sore hari ternyata tidak di tepati.

Hingga sore menjelang, Heri tak menampakkan batang hidungnya. Memang Heri dan Agung berteman sejak SD. Heri orang kaya sedangkan Agung hanya seorang karyawan di pabrik.

"Pah, uang yang seratus tadi mamah belanjain susu Adek, sama beli gas, tinggal tiga puluh ribu, Pah." Istri Agung bercerita pada suaminya.
"Iya Mah, mudah-mudahan besok dibayar ya, mungkin gak sempet kesini" Agung mencoba menenangkan istrinya.

Hingga keesokan harinya tetap tak ada tanda-tanda Heri datang ke rumah Agung. Hal ini membuat istri Agung berbelanja hanya beras dan tempe saja. Karena kebetulan beras juga habis.
"Sarapannya cuma pake tempe, Pah," istri Agung menyodorkan tempe goreng hangat dan nasi.

"Iya mah, gak apa-apa, tempe juga enak"

"Gajian papah kan masih sepuluh hari lagi, kalo Heri gak secepatnya bayar hutang besok kita makan apa?"

"Nanti papah berangkat kerja coba mampir ke rumah Heri ya Mah, siapa tau udah bisa bayar."
Agung menuntun sepeda motor bututnya dari dalam rumah ke halaman. Dia coba menyalakan mesinnya tapi macet. Ternyata bensinnya habis,

"Kenapa Pah? Ngga mau hidup motornya?"
"Bensinnya abis, Mah!"

Istri Agung mengeluarkan uang dari saku bajunya. Hanya ada dua lembar uang. Sepuluh dan lima ribuan.

"Pah, ini buat beli bensin." Sang istri menyodorkan uang sepuluh ribu untuk Agung.

"Nanti kalo Adek minta jajan gimana?"
"Masih ada lima ribu kok" jawab istri agung.

Agung pun menuntun motornya menuju penjual bensin eceran dan sekalian berangkat tempat kerja. Tak lupa ia mampir ke rumah Heri. Ketika Agung sampai, Heri sedang duduk santai minum teh dengan camilan pisang goreng dan beberapa kue kering.

"Her, udah ada belum, janji mu bayar sore, istriku udah gak pegang uang."

"Sabar!!! Kalo ada udah aku bayar! Nanti siang aku bayar!" Heri mmbentak Agung dan meninggalkannya di teras. 

Agung tak bisa berbuat apa-apa dan pergi menuju tempat kerjanya**

Sore pun tiba, seperti biasa sebelum Agung pulang, istri Agung dan anaknya sedang bermain di ruang tamu. Dan terdengarlah bunyi tiktok-tiktok suara tukang baso yg mangkal di sekitar rumah Agung. Tukang baso itu adalah langganan anak Agung.

"Mama, ada tukang baso, Adek mau baso!"
"Nanti ya, tunggu papah pulang."

"Adek maunya sekarang!"

Istri Agung tak sanggup menjelaskan keadaan ekonominya pada sang buah hati. Ia terus menerus merengek pada ibunya. Sesekali ia mengintip dari balik kaca, melihat teman-temannya membeli baso.

Harga 1 porsi baso sepuluh ribu, sedangkan uang yang dimiliki istri Agung hanya lima ribu saja.
Tak tega melihat anaknya merengek akhirnya uang itu digunakan untuk membeli baso.

"Bang, beli basonya lima ribu boleh? yang kecil aja gak apa-apa."

Tukang baso itu hanya tersenyum dan segera meracik baso untuk anak Agung.
"Ini mbak basonya!" Tukang baso itu memberikan dua plastik baso dengan porsi penuh.

"Lho Bang! Aku cuma beli lima ribu!"
"Iya, itu bonus buat mbak yang udah langganan baso saya."

"Makasih banyak ya bang."

Istri Agung membawa baso itu dan memberikannya satu porsi untuk anak semata wayangnya. Dan tak lama, Agung pulang.

"Pah, kebetulan sekali kita dapet rejeki dari Abang tukang baso, dikasih dua porsi padahal beli lima ribu, ayo bang kita makan bareng berdua"

Agung pun terlihat bahagia melihat istrinya sumringah. Mereka pun makan sepiring berdua baso gratis tadi.

"Pah, aku udah gak pegang uang, bagaimana belanja besok?"

"Papah, udah coba tagih Heri, tapi Papah malah dibentak, besok Papah libur, nanti Papah tagih lagi ya, Mah." Agung membelai lembut kepala sang istri.

Keesokan harinya, di meja makan hanya tersaji nasi dan kecap. Tak ada lagi uang untuk dibelanjakan. Sang anak menolak untuk makan. Istri Agung hanya bisa menangis.

Melihat keadaan itu Agung pun bergegas, Ia pergi ke tempat Heri dan menagihnya lagi, sebab ia tak tega melihat istri dan anaknya makan nasi dan kecap.

"Her, aku udah bener-bener gak ada uang buat makan."

Hari yang sedang menyeruput kopi tak menjawab ucapan Agung. Ia masuk ke kamar, tak lama ia keluar lagi membawa uang.

"Nih, makan tuh uang!! Pinjem duit segitu aja ditagih terus, takut apa aku gak akan bayar?" 

Heri melempar uang pada Agung. Empat lembar uang seratus ribuan jatuh di lantai. Agung memungutnya dan pergi pulang.

"Mah, Heri udah bayar. Buruan belanja sana!" Agung memberikan uang pada istrinya tanpa menceritakan apa yang terjadi.

Istri agung pun langsung bergegas ke warung sayur yang dekat dengan rumah Heri. Dan ketika melewati rumah Heri, tak sengaja ia berpapasan dengan Heri yang entah akan pergi kemana.

Istri Agung baru akan menyapa Heri, namun Heri buang muka terlihat sekali ia marah.

Setelah belanja istri agung bercerita pada suami tentang apa yang dialaminya. Barulah Agung menceritakan semuanya.

Begitulah tabiat sebagian orang dalam berhutang, sering janjinya tidak di tepati, dan apabila di tagih ia marah.

Padahal terkadang orang memberikan hutang bukan berarti dia kaya, namun dia hanya memposisikan dirinya jika yang berhutang adalah dirinya yang sedang butuh uang. 

Tapi kebanyakan orang yang diberi hutang justru tidak amanah dan menyepelekan hal itu. Dan sudah jadi rahasia umum jika yang berhutang di tagih biasanya memang lebih galak dan banyak alasan.

Maka wajar jika sebagian orang trauma memberikan pinjaman, dan mereka engga memberikan pinjaman bukan karena tak ada uangnya, namun ia malas menagihnya, apa lagi yg di berikan pinjaman adalah orang yg tidak bisa amanah.

Semoga kisah ini memberikan kita pelajaran. Diberikan pinjaman seharusnya kita bersyukur masih ada orang yang sayang kepada kita. Begitu pula kita yang diberikan pinjaman harus menyayangi yang telah menolong kita. Bukannya memutuskan tali silaturahmi setelah meminjam uang.

Sebuah karya dari : Lek Yusup

~SHARING IS SIMPLE~

0 Response to "Memberi Pinjaman Bukan Berarti Dia Kaya"