Hari ini adalah hari perayaan pra-paskah ke-dua. Tadi pada ibadah Minggu ini, di khadim oleh Ibu Pdt. Yermin H Hataa, Sth. Pada kesempatan ini saya mencoba membagikan khotbah dari ibu pendeta ini.
Jujur baru kali pertama saya membagikan mengenai ibadah di dunia internet. Saya tertarik untuk membagikan hal ini karena ada sesuatu yang menerik dan memiliki pesan penting bagi kita semua. Apalagi Anda sebagai orang tua yang telah memiliki Anak.
Ibadah Minggu kali ini, memiliki pembacaan Alkitab tepatnya perjanjian baru 1 Petrus 2:21-25 dan sedikit ayat yang sama saya kutip yakni ayat 21 "sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
Selanjutnya ayat ke 23 "Ketika ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, Ia tetapi Ia menyerahkan kepada Dia, yang menghakimi dengan Adil." Selanjutnya Ayat yang lain bisa Anda baca di Bible Anda.
Selanjutnya ayat ke 23 "Ketika ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, Ia tetapi Ia menyerahkan kepada Dia, yang menghakimi dengan Adil." Selanjutnya Ayat yang lain bisa Anda baca di Bible Anda.
Setelah pembacaan Alkitab, Pendeta Yermin H. Hataa S.Th mulai berkhotbah diawali dengan cerita yang dapat dikatakan lucu dan membuat Anda tertawa. Begini ceritanya;
Suatu hari ada seorang pak Pendeta yang karena lelahnya ia tertidur dengan lelapnya. Tiba-tiba ditengah tidurnya, ia terkaget dengan nada dering panggilan di ponselnya. Ia kemudian menerima panggilan itu. Kemudian terdengar seorang anak kecil berumur 4 tahun menyapa;
"Selamat Pagi Pak Pendeta"
"Selamat pagi juga dek". Respon pak pendeta.
Anak itu kemudian melanjutkan percakapan.
"Pak Pendeta harus segera datang di rumah saya sekarang. Ini penting."
Karena herannya pendeta itu balik bertanya:
"Ada apa sebenarnya dek?"
"Dirumah ada yang sakit Pak Pendeta". Jelas anak itu.
"Baik nanti saya ke rumah kamu". Respon pendeta pada pinta anak itu.
Beberapa saat kemudian, pendeta itu sudah berada di depan rumah anak kecil itu. Lalu, anak kecil itu mempersilahkan pak pendeta itu untuk masuk ke dalam rumahnya.
Ketika dalam rumah, pendeta itu mendapati semua orang dalam rumah itu dalam keadaan baik-baik saja dan tidak ada yang sedang sakit. Pendeta itu semakin bingung. Pendeta itu kemudian bertanya ke adik tadi dan katanya yang sakit ada di kamar kemudian pendeta dan anak kecil itu masuk ke kamar dan mendapati seekor kucing kesayangan anak itu yang sedang sakit. Anak kecil itu kemudian meminta pak pendeta untuk mendoakan kucingnya yang sedang sakit. Kemudian pendeta itu berdoa yang begini bunyinya:
"Hai kucing kalau ngana sembuh, sembuh Jo.... Tapi kalau mau mati, mati Jo..."
Setelah selesai itu, kemudian pendeta itu pamit pulang.
Dua hari kemudian, kucing kesayangan anak kecil itu sembuh dari sakitnya. Anak kecil itu sangat senang. Lantas sebagai ungkapan terima kasih, anak kecil itu membawa sekeranjang buah-buahan untuk pendeta yang telah mendoakan kucingnya.
Sampai dirumahnya, anak itu mendapati pendeta itu sedang terbaring dalam keadaan sakit. Lalu anak itu berkata:
"pak pendeta, kucing saya sudah sembuh dari sakit karena doa pak pendeta, dan ini saya bawakan buah-buahan untuk pak pendeta."
Sebelum pulang anak itu kemudian menawarkan diri untuk mendoakan pak pendeta itu, begini bunyinya;
" Hai pak pendeta, kalau mau sembuh, sembuh Joo... Tapi kalau mau mati, mati jooo". Demikian doanya dan akhir cerita nya
Usai cerita ini semua jemaat tertawa kecil sejenak karena lucunya.
Ya,.. cerita ini memang lucu. Tetapi memiliki pesan yang sangat baik. Bahwa kita sebagai orang tua perlu memberikan teladan bagi anak-anak kita. Bukan hanya orang yang sudah memiliki anak. Tapi bila kita memiliki adik di rumah, apalagi masih seumuran anak dalam cerita tadi tentunya kita harus memberikan contoh yang baik. Dan bukan pula hanya untuk adik kandung sendiri, kita pun patut memberikan panutan dalam lingkungan kita.
Contoh dalam lingkungan kita, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat. Ada orang tua yang biasanya berkata menggunakan bahasa kotor atau dikenal "memaki" hal itu tentunya tidak patut di dengar oleh orang lain. Apalagi anak kecil. Karena mereka akan mudah menangkap dan menerima serta menerapkan apa yang telah mereka dengar, lihat dan ketahui sebelumnya. Sehingga akan berdampak buruk terhadap perilaku mereka.
Terkadang kita salah mengartikan anak yang melakukan hal-hal tidak baik adalah anak nakal dan atau anak kurang ajar.
Sebenarnya keliru, mereka adalah cerdas karena daya tangkap mereka sangat cepat, seperti yang sudah dicontohkan dalam cerita.
Demikian sharing kali ini, semoga dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Jika kamu suka jangan lupa bagikan menggunakan share button yang ada di bawah. Dan jika ada yang ingin ditanyakan/didiskusikan, silahkan berkomentar dibawah. Terima kasih